posted on 19/12/2014

Belakangan ini mulai banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang mengembangkan konsep inklusif. Hal ini merupakan kabar baik bagi teman-teman dengan disabilitas untuk mendapat layanan pendidikan yang setara. Mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal karena sistem layanannya disesuaikan dengan kebutuhan mereka yang khusus.

Inklusivitas ini sebenarnya bukan konsep yang baru di Indonesia. Bahkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menghimpun keragaman dalam sebuah kesatuan sudah bisa kita lihat cerminannya. Kondisi ini merupakan landasan penting untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang ideal bagi seluruh warga negara. Selain dari segi pendidikan, layanan kesehatan yang inklusif juga menjadi kebutuhan teman-teman dengan disabilitas.

Teman-teman dengan disabilitas terkadang masih kesulitan mengakses layanan kesehatan secara mandiri karena fasilitas dan tenaga kesehatan di Puskesmas atau rumah sakit umum kurang memadai. Bentuk layanan kesehatan yang inklusif ini antara lain penyediaan trem untuk mempermudah pengguna kursi roda dalam mobilisasi atau para tenaga kesehatan yang mampu berbahasa isyarat sehingga membuat orang dengan hambatan pendengaran merasa nyaman untuk berkonsultasi.

Layanan kesehatan yang inklusif dan aksesibel ini sebenarnya sudah tertuang di UU No. 25/2009 tentang Layanan Publik.  Tepatnya pada pasal 29 yang menyatakan bahwa penyedia layanan umum harus memberikan layanan khusus kepada teman-teman dengan disabilitas sesuai dengan peraturan. Namun, dalam prakteknya terkadang tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikan dan ditetapkan oleh pemerintah.

Kenapa inklusivitas? Layanan kesehatan ini penting sifatnya karena beberapa alasan berikut:

1. Sebagai warga negara, teman-teman dengan disabilitas pun memiliki hak untuk mendapatkan layanan kesehatan yang layak.
2. Adanya aksesbilitas ke berbagai layanan publik memungkinkan orang dengan disabilitas untuk mengembangkan diri menjadi anggota masyarakat yang produktif. Perlu diingat bahwa orang teman-teman dengan disabilitas ini membutuhkan kesempatan yang sama ingin mengembangkan kekhususan lain, bukan sekadar dikasihani karena hambatan yang dimiliki.
3. Pembekalan informasi kesehatan yang komprehensif bagi teman-teman dengan disabilitas memungkinkan mereka bisa secara mandiri menjaga kesehatan mereka. Perilaku sadar akan kesehatan yang mereka miliki memungkinkan pula pengembangan harga diri positif.
4. Dengan meningkatnya standar hidup, misalnya pendidikan, kesehatan, dan kondisi kehidupan dari teman-teman dengan disabilitas akan membantu Indonesia meningkatkan indikator ekonomi tradisional seperti PDB.

Nah, agar konsep inklusivitas ini bisa dirasakan manfaatnya secara menyeluruh, perlu adanya pemahaman yang tepat dari setiap anggota masyarakat lain mengenai konsep inklusivitas dan disabilitas ini. Untuk Sahabat GueTau yang masih membutuhkan info mengenai konsep ini, jangan sungkan untuk bertanya ke [email protected].

Ditulis oleh Eunike Ally Sushmita

Referensi:

1. http://sosbud.kompasiana.com/2014/03/05/sikap-inklusif-637371.html
2. http://www.hiproweb.org/fileadmin/cdroms/Education/Buku1.pdf
3. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/—asia/—ro-bangkok/—ilo-jakarta/documents/publication/wcms_233426.pdf

disabilitas Indonesia layanan remaja