6 Keuntungan Ikut Organisasi Sekolah Atau Kampus
“Musim seleksi penerimaan siswa dan mahasiswa baru sudah dekat. Apa rencanamu di sekolah atau kampus baru?” Sahabat GueTa
Hai Sahabat #GueTau!
Masih dalam rangka Hari Pendidikan Nasional yang jatuh tepat pada tanggal 2 Mei lalu, kali ini #GueTau.com mau bahas tentang arti dari pendidikan. Simak sama-sama ya!
Menurut Ki Hajar Dewantara (tokoh pendidikan Nasional yang hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional), pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak; menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sedangkan menurut Driyarkara; pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf yang lebih tinggi.
Singkatnya, dua tokoh pergerakan nasional kita di atas mengartikan pendidikan sebagai sebuah rangkaian proses yang membentuk manusia menjadi manusia, agar manusia tersebut bisa memperoleh cita yang setinggi-tingginya, karena dan sebagai manusia. Wah, keren sekali ya, Sahabat #GueTau?
Tapi, apa iya pendidikan di negara kita sekarang sudah menjalankan prinsip-prinsip demikian? Memang, di sekolah atau di berbagai institusi pendidikan tempat Sahabat #GueTau bernaung, mengajarkan dan menerapkan “memanusiakan manusia”?
Seperti yang sudah sama-sama kita tahu dan alami, di sekolah atau kampus, kita selalu dicekoki oleh nilai-nilai kompetensi. Persaingan satu sama lain, dari skala individu, kelas, tingkat sekolah, gugus, kota, provinsi, nasional, dan seterusnya. Saingan nilai dalam ulangan atau ujian, naik kelas, lulus, atau berlomba-lomba agar bisa ‘mengharumkan’ nama sekolah dan jadi kebanggan semua orang. Nah, kalau kita kembali ke prinsip pendidikan ala Ki Hajar Dewantara, apa iya, yang di atas bisa disebut pendidikan?
Tarolah, kompetensi memang hal yang lumrah dan semestinya dikembangkan seiring jaman dan juga untuk memacu semangat mengenyam pendidikan. Tapi, seharusnya, ini bukan harga mati yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidak sebuah pendidikan. Karena semestinya, pendidikan seharusnya mengedepankan proses pendidikan itu sendiri, bukan sekedar mementingkan hasil, nilai tinggi, menjadi juara di atas yang tidak juara, dan lain sebagainya.
Ketika kita mengakui Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Pendidikan Bangsa sampai-sampai menjadikan tanggal lahirnya sebagai Hari Pendidikan Nasional, bukankah kita juga harus (paling tidak) mengindahkan prinsip, mimpi, dan tujuan-tujuan beliau memperjuangkan pendidikan di negara kita? Maka, sudah seharusnya nih, kita mencari (atau bahkan menciptakan sendiri) pendidikan yang memanusiakan manusia.
Hmm… Siapa mau turut? 😀
___
Ditulis oleh: Nisrina Nadhifah, kontributor GueTau.com
Dari berbagai sumber