Say goodbye to Rintisan Sekolah BerduIt (RSBI)

posted on 16/01/2013

“Ada duit bisa masuk sekolah, tidak ada duit silahkan cari sekolah lain”

Mungkin, ini adalah pribahasa yang akan dipajang di depan sekolah berlabel RSBI. Tapi jangan takut Remaja Indonesia, Mahkamah Konstitusi (MK) telah membatalkan pasal 50 ayat (3) undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjadi landasan kebijakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang totalnya terdiri dari 1305 sekolah tingkat SD,SMP,SMA dan SMK, wow banyak juga ya!

Kenapa sih, Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan atau menghapuskan RSBI?

Usut punya usut, sekolah RSBI memungut uang masuk dan SPP lebih mahal dari sekolah regular. Misalnya, ada pembayaran uang masuk sekolah dari 2 juta sampai 30 juta lebih, belum lagi pembayaran uang SPP ada yang dari 35 ribu per-bulan sampai 1,4 juta per-bulan.

Wow mahalnya! Nah, kita sudah bisa menebak siapa saja yang dapat alias ‘mampu’ sekolah di sekolah RSBI. Konon, pembayaran yang begitu besar, mereka gunakan untuk membangun laboratorium, memasang AC pada setiap kelas, dan lain sebagainya. Bahkan ada yang sampai membeli kurikulum atau membayar guru-guru ‘kontrak’ Warga Negara Asing yang jago bahasa Inggris.

Lalu bagaimana dengan Remaja Indonesia yang di luar sana ingin bersekolah di RSBI, bisa atau nggak ya? Apalagi cuma anak dari seorang buruh bangunan yang penghasilannya hanya sekitar 1 jutaan per-bulannya. Uang masuk dan SPP yang begitu mahal, pasti terasa berat sekali. Ini berarti, bila banyak sekolah yang RSBI, maka akan banyak juga remaja yang tidak bersekolah karena biaya sekolah terlalu mahal. Padahal kalau kita tau, bahwa tujuan awalnya RSBI itu untuk menampung anak-anak yang berprestasi. Tapi semua anggapan itu salah, kenyataan yang diperlihatkan justru prestasi saja tidak cukup, sehingga anak-anak orang kaya yang bisa di terima di RSBI. Dan ternyata RSBI menyediakan 20% kursinya untuk siswa cerdas dari keluarga miskin. Lalu apakah siswa cerdas dari keluarga miskin itu bisa sekolah? Ternyata tidak, karena kebanyakan mereka minder melihat kondisi ekonomi teman-teman lain yang kontras berbeda – tercermin dari berapa uang jajannya, barang-barang yang dipakai, mobil pengantar ke sekolah, dan lain-lain.

Kebijakan MK untuk meniadakan sekolah yang mendiskriminasikan remaja bernama pop RSBI, adalah hal yang harus kita dukung demi Pendidikan yang TIDAK Diskriminatif!

___

Ditulis oleh Deni

Sumber: MetroTVNews

related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *