Minuman Keras

posted on 17/10/2012

Minuman keras. Minuman beralkohol. Mirasantika. Apa yang kebayang di pikiran teman-teman saat mendengar kata itu? Botol-botol dengan kemasan keren yang diminum bareng teman-teman sambil nongkrong di 7-11? Penyanyi rock and roll urakan yang nyanyi sambil mabuk-mabukkan?

Pada dasarnya, yang disebut sebagai miras atau minuman beralkohol adalah olahan minuman yang mengandung ethanol, alias alkohol. Berbagai macam bahan-bahan yang berbeda-beda tergantung dengan jenis miras yang ingin dibuat, difermentasi dengan macam-macam cara. Catatan: Fermentasi adalah proses berubahnya zat tepung di dalam bahan menjadi gula, yang kemudian berubah menjadi alkohol. Lama proses fermentasi tergantung pada jenis minuman yang akan dibuat. Untuk wine, proses fermentasi bisa menghabiskan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun (proses fermentasi yang tidak main-main ini salah satu faktor yang membuat harga wine sangat wow dan beresiko menyebabkan kanker alias kantong kering.)
Hampir setiap peradaban di seluruh dunia memiliki sejenis minuman beralkohol khas buatan mereka sendiri – mulai dari bir yang sudah ada sejak jaman Neolithik, vodka yang terkenal di Rusia, berbagai macam wine (anggur) yang bersebaran di seluruh dunia, sampai tuak, minuman beralkohol asal Indonesia, yang terbuat dari buah-buahan. Namun karena kandungan alkoholnya, penjualan miras diatur dengan sangat ketat, dan ada batas usia minimal bagi pembeli miras. Di Indonesia, kebanyakan toko tidak menjual minuman beralkohol bagi orang yang berusia di bawah 21 tahun.
Minuman beralkohol biasanya dipisah menjadi tiga jenis: Bir, wine, dan spirit.

Bir
Bir adalah minuman paling terkenal ketiga di dunia (di belakang teh dan air putih), dan hampir semua orang, mulai dari tukang sayur sampai Homer Simpson, kenal dengan minuman yang satu ini.

Bir terbuat dari biji-bijian gandum barley yang direndam di dalam air dan dikeringkan, dibumbui dengan tanaman hop yang menambah rasa pahit khas bir, lalu diproses dan difermentasikan dengan ditabur ragi, untuk kemudian dibiarkan selama beberapa hari atau beberapa minggu sampai proses fermentasi, di mana ragi mengubah kandungan gula di dalam campuran itu menjadi alkohol dan karbon dioksida. Setelah itu, bir dimasukkan lagi ke dalam tangki tertutup dan dibiarkan ‘menua’ selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Setelah kemudian difilter dan dipasteurisasi, akhirnya jadilah bir. Dalam hasil akhirnya, kandungan alkohol di dalam bir adalah 2-6 persen, walau beberapa jenis bir mengandung sekitar 14 persen alkohol.
Bir sendiri adalah salah satu minuman tertua di dunia. Di mana ada bahan sejenis gandum, maka di situ ada sejenis bir, walaupun pada awalnya bir hanya difermentasikan selama satu atau dua hari saja. Gandum digunakan sebagai bahan baku bir di Mesopotamia kuno, nasi dipakai di Asia, sementara Mesir menggunakan barley sebagai bahan baku dari bir versi mereka.

Wine
Secara keseluruhan, membuat minuman keras bukan urusan main-main. Dan pembuatan wine adalah satu contoh yang sangat bagus. Ada beberapa jenis wine, seperti anggur merah, anggur putih, dan sparkling wine. Wine dibuat dari anggur yang diproses, kemudian difermentasikan. Terdengar cukup sederhana, bukan? Well, ternyata tidak juga. Apa jenis anggur yang dipilih untuk difermentasikan, detail-detail kecil dalam pemrosesan seperti seberapa besar tekanan yang diberi ke anggur untuk memisahkan antara kulit dengan airnya, sampai faktor seperti iklim dan jenis tanah tempat anggur ditumbuhkan pun diperhitungkan untuk membuat satu botol wine. Tanpa bermaksud meremehkan minuman-minuman beralkohol lain, penulis secara pribadi heran bercampur kagum dengan dedikasi dan perhitungan yang ada dalam membuat segelas wine.

Sesekali, coba Google ‘Enology’. Yap, tidak salah lagi. Enology adalah sebuah bidang ilmiah tersendiri yang khusus mempelajari cara membuat wine yang enak. Para penggila wine ini rupanya sangat serius dengan minumannya.
Tapi bukannya tidak beralasan. Wine sudah bukan barang baru dalam peradaban manusia, dan bukti-bukti arkeologis berusia lebih dari 8,000 tahun yang ditemukan di Georgia menunjukkan ditemukannya beberapa tempat pembuatan wine. Kandungan alkohol ethanol di dalam wine terbilang ampuh menumpas bakteri-bakteri dan mikroorganisme sumber penyakit, dan karena itu, dulu wine lebih aman diminum daripada air maupun susu. Di masa-masa sebelum adanya rumah sakit, asuransi kesehatan, dan kontroversi soal menteri Kesehatan, tidak berlebihan kalau wine sempat dianggap sebagai hadiah dari Dewa-Dewa.

Spirits
Spirits adalah istilah yang diberikan untuk minuman-minuman keras yang dibuat dari proses penyulingan. Hasil fermentasi tertentu disuling, dan proses penyulingan ini mengkonsentrasikan kandungan alkoholnya serta menghilangkan rasa-rasa yang dianggap tidak enak. Hasilnya adalah minuman beralkohol dengan kandungan alkohol yang terbilang tinggi, sekitar 40-50 persen alkohol. Contoh minuman yang bisa disebut sebagai spirits adalah whiskey dan vodka.

Efek-efek alkohol
Pada dasarnya, alkohol yang terkandung di dalam miras adalah zat depressant, alias sebuah zat yang mempengaruhi otak dan mengurangi rasa semangat. Untuk mengetahui apa yang dilakukan alkohol pada otak itu sendiri, prinsipnya agak memusingkan (bagi saya). Namun izinkan diriku mencoba untuk menyederhanakannya, dengan bantuan saduran dari website medis sana sini:
Alkohol bekerja dengan cara mempengaruhi neurotransmitter. Neurotransmitter adalah zat kimia yang membawa pesan ke seluruh tubuh untuk mengendalikan pikiran, sikap, dan emosi. Ada dua jenis neurotransmitter, yaitu neurotransmitter yang excitatory, yaitu neurotransmitter yang menambah aktivitas listrik di otak, dan kebalikannya: neurotransmitter yang inhibitory. Nah, ada satu jenis neurotransmitter inhibitory yang efeknya jadi lebih nendang akibat alkohol, yaitu neurotransmitter GABA. Neurotransmitter GABA bertanggung jawab atas cara berbicara menggumam dan tidak jelas serta pergerakan tubuh yang ga beres, dua hal yang biasa dilihat pada seseorang yang mabuk. Selain bersekongkol membuat GABA jadi lebih kuat, alkohol menekan kemampuan glutamate, sebuah neurotransmitter excitatory, dan mengeluarkan kawan lama kita: Dopamine, satu zat yang membuat mabuk-mabukkan terasa menyenangkan.

Tambahan: Ekspektasi Alkohol
Ada satu teori yang sangat menarik, yaitu teori ekspektasi alkohol (alcohol expectation). Kita mulai dengan sebuah pertanyaan singkat: Menurut kalian, kira-kira seperti apa sifat seseorang yang meminum minuman beralkohol? Apakah dia jadi ribut dan marah-marah, jadi banyak bicara dan berisik, atau malah jadi tenang dan diam?
Ekspektasi alkohol adalah apa yang orang harapkan saat mereka meminum alkohol. Dan beberapa riset menyarankan bahwa apa yang diharapkan ini bisa mempengaruhi bagaimana mereka bersikap saat meminum alkohol sungguhan. Sederhananya begini: Di satu lingkungan yang percaya bahwa minum-minum bakal membuat orang itu jadi berisik dan hobi cari ribut, maka seseorang dari lingkungan itu berpeluang besar untuk bersikap berisik dan hobi cari ribut ketika dia mabuk. Lebih sederhananya begini: Ada si Rudi. Si Rudi tinggal di lingkungan yang berpikir, “Eh, kalau mabuk, orang itu bakal diam dan anteng.” Walhasil, ketika si Rudi mabuk sungguhan, kemungkinan besar dia akan diam dan anteng, sesuai ekspektasi masyarakat tempat dia tinggal.
Sedikit kisah tentang tipuan otak: riset di Amerika Serikat menemukan bahwa pria yang mengira mereka meminum alkohol (padahal yang mereka minum bukan alkohol) menjadi lebih terangsang, dan efek yang sama juga terjadi pada perempuan. Dalam situasi yang sama, di mana pria yang diuji dalam laboratorium meminum air tonik (yang mereka kira adalah minuman beralkohol), ditemukan bahwa meskipun mereka tidak benar-benar meminum alkohol, sikap mereka menjadi lebih agresif.
Wow sekali.

Kecanduan Alkohol
Kecanduan alkohol terjadi saat seseorang tidak bisa mengendalikan keinginan mereka untuk meminum alkohol, meski kebiasaannya meminum secara berlebihan itu telah berdampak buruk pada kehidupannya. Ada juga gejala-gejala yang timbul setelah mereka berhenti meminum, seperti rasa mual, berkeringat, dan terguncang. Selain itu, mereka menjadi lebih toleran pada efek alkohol. Misalnya, biasanya si A sudah mabuk dan puas setelah meminum 3 gelas bir. Namun semakin lama, 3 gelas tidak cukup untuk membuat dia mabuk. Masih belum diketahui apa penyebab pasti dari kecanduan alkohol, namun sejauh ini riset mengindikasikan bahwa gabungan faktor genetika, sosial, dan psikologis menciptakan kondisi kecanduan alkohol.
Dalam tubuh normal, alkohol yang masuk dan melewati hati akan diubah menjadi bahan sisa yang tidak berbahaya dan akan hilang dalam waktu 6-8 jam. Namun, ketika konsumsi alkohol berlebih terjadi, dan jumlah alkohol yang masuk tidak setara dengan jumlah alkohol yang keluar, alkohol berakumulasi di dalam tubuh dan memberi efek memusingkan yang bisa bertahan selama berjam-jam. Selain itu, alkohol mempengaruhi sistem kerja otak dan menekan proses berpikir, sehingga seseorang yang mabuk seolah kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Efek baik alkohol bagi tubuh
Studi-studi menunjukkan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol secara tidak berlebihan (takarannya kurang lebih 1 gelas dalam satu hari untuk perempuan dan dua gelas dalam satu hari untuk pria, walau angka ini masih sering diperdebatkan) rupanya hidup lebih lama dan lebih sehat daripada orang yang terlalu banyak meminum alkohol atau orang yang tidak meminum alkohol sama sekali. Peluang seseorang yang mengkonsumsi minuman beralkohol secara tidak berlebihan terkena beberapa jenis kanker serta penyakit stroke, diabetes, arthritis, pembengkakan prostat, dementia, dan serangan jantung, lebih rendah daripada seseorang yang terlalu banyak meminum alkohol atau yang tidak meminum alkohol sama sekali. (Detail lebih lanjut dan daftar lengkapnya, walau dalam bahasa Inggris, bisa diteliti dan dibaca lebih jauh oleh teman-teman semua di halaman ini: http://www2.potsdam.edu/hansondj/AlcoholAndHealth.html) Anggur merah memiliki kandungan resveratrol, sebuah zat yang memiliki sedikit efek melawan kanker. Namun, belum ada studi yang benar-benar menetapkan bahwa anggur merah melindungi dari penyakit kanker.

Efek buruk alkohol bagi tubuh
Orang-orang yang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan terkadang sukses menggantikan kalori dalam diet yang biasa dengan kalori cukup tinggi yang terkandung di dalam alkohol. Masalahnya, kalori ini tidak banyak ditemani oleh vitamin dan mineral. Sehingga hasilnya? Masalah kesehatan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga bisa menyebabkan sebuah kondisi bernama fatty liver, yang kemudian berujung dengan penyakit-penyakit seperti Hepatitis dan Cirrhosis. Liver seseorang yang menderita cirrhosis tidak bisa memproses racun di dalam tubuh secara optimal, dan menumpuknya ‘tabungan’ ini bisa berakibat fatal. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga bisa menyebabkan hipertensi dan masalah pada otot jantung.
Coba perhatikan kalimat-kalimat di atas dengan seksama. Ada satu tema yang diulangi berkali-kali sebagai penekanan. ‘Konsumsi alkohol yang berlebihan’. Itu kuncinya. Dalam dosis yang seimbang dan tidak lebay, konsumsi alkohol justru baik bagi kesehatan – salah satunya untuk mencegah penyakit jantung koroner. Namun dalam dosis yang terlalu tinggi dan berlebihan, bahaya alkohol bagi kesehatan sudah tidak dipertanyakan lagi. Intinya? Sekali lagi, jangan lebay.

related post

Ada yang Menarik dari Foto-Foto Instagram Perempuan Muda Ini

posted on 19/02/2017

“Alkohol sudah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda masa kini.” Bulan Agustus 2016, seorang perempuan muda bernama Louise me

Baik Buruk Minuman Beralkohol Buat Kamu

posted on 27/09/2016

“Hidup sehat adalah pilihan.” Apakah sahabat GueTau.com pernah berpikiran untuk mencoba mengonsumsi minuman beralkohol? Atau mun

Alasan Mengapa Alkohol Tidak Membuatmu Keren

posted on 03/02/2015

Sahabat GueTau pernah minum minuman beralkohol? Atau sekali-sekali mencoba minuman beralkohol? Jika jawabannya ya, artikel ini adalah yang k

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *