Kartini Hidup dalam Jiwa Anak Muda!

posted on 19/04/2014

kartini

“Saya masih muda, tetapi saya tidak buta dan tuli. Saya banyak mendengar dan melihat.  Bahkan, mungkin terlalu banyak, sehingga hal tersebut membuat hati saya sakit, hingga mencambuk saya dengan garang untuk tegak berdiri melawan adat kebiasaan jahat yang telah tertanam dalam-dalam dan merupakan kutuk bagi perempuan dan anak-anak!” (Surat Kartini, Agustus 1900)

 

Hi Sahabat GueTau! Sudah pernah membaca kumpulan surat-surat Kartini? Selain, “Habis Gelap, Terbitlah Terang” masih banyak pesan yang ditulis oleh Kartini dalam suratnya terutama tentang nasib perempuan-perempuan muda Jawa yang tidak mendapatkan pendidikan. Semuanya ia tuliskan dalam berlembar-lembar surat yang ia kirimkan kepada sahabat-sahabatnya di Eropa.

Selain pendidikan, Kartini juga menuliskan tentang banyaknya perempuan yang dinikahkan pada usia yang masih relatif muda. Sahabat GueTau, ternyata pernikahan usia muda sudah ada sejak lama dan masih menjadi persoalan sampai hari ini. Dari segi kesehatan reproduksinya, kita tahu pernikahan usia muda memiliki risiko kematian selama proses kehamilan dan melahirkan. Bahkan Kartini sendiri meninggal di usia 25 tahun, berselang empat hari setelah melahirkan anak pertama, dikarenakan komplikasi pasca melahirkan.

“Tidak ada alasan perjuangan Kartini tidak dilanjutkan!” tegas Dewi Candraningrum, pimpinan redaksi Jurnal Perempuan. Dalam hal akses pendidikan Dewi menyampaikan bahwa dari enam orang anak laki-laki yang yang bersekolah, satu saja diantaranya anak perempuan yang bersekolah. “Persoalan ini tentu bukan hanya milik perempuan saja, tetapi persoalan seluruh warga negara. Seperti bicara soal kesehatan reproduksi. Anak laki-laki pun juga perlu mendapatkan perhatiannya,” tambahnya.

Sumber: https://www.facebook.com/dewi.candraningrum?fref=ts

Syaldi Sahude dari Aliansi Laki-laki Baru pun menyampaikan hal yang sama. “Akses pendidikan untuk perempuan masih lebih sulit. Angka pernikahan usia muda masih tinggi. Dan menurut laporan BKKBN, angka kematian ibu pasca melahirkan pun naik dari tahun 2007 berjumlah 228 jiwa menjadi 389 jiwa pada tahun 2012,” ungkapnya.  Untuk itu, Syaldi berbagi pesan kepada Sahabat GueTau untuk mulai belajar mengenali tubuh sendiri. Sahabat GueTau bisa mulai berkumpul dan melakukan banyak kegiatan dengan teman-teman yang aktif agar mendapatkan informasi yang lebih luas dan mendalam tentang hak-hak pendidikan ataupun kesehatan reproduksi yang penting untuk diketahui dan dipahami.

Syaldi juga menekankan arti dari Hari Kartini dari sudut pandang yang lebih kompleks. “Peringatan Hari Kartini tidak cukup dengan simbol kebaya dan kondenya saja. Cobalah menuliskan hal-hal yang dulu pernah dituliskan oleh Kartini dan dikaitkan dengan isu yang masih berkaitan dengan masa sekarang,” pesannya pada GueTau.

Demikian informasi tentang Kartini dan kaitannya dengan masa sekarang. Semoga informasi yang diberikan menambah wawasan Sahabat GueTau semua ya. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, Sahabat GueTau bisa mengirimkan e-mail ke info@Guetau.com.

 

Ditulis oleh Liona Aprisof

 

Referensi :

1. R.A Kartini. Habis Gelap Terbitlah Terang “Door Duisternis tot Licht” Kumpulan Surat-surat Kartini. Jakarta: Narasi, 2011

related post

Menyaksikan Aksi Women’s March Jakarta Melalui Bidikan Kamera

posted on 05/03/2017

“Aksi ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional.” Sebanyak 700 orang hadir dalam aksi Women’s

Hantu Perempuan dan Perkosaan

posted on 14/03/2016

“Perilaku korban pemerkosaan akan berubah, korban akan menarik diri dari lingkungan, dan mengalami gangguan psikis seperti menyalahkan dir

Merayakan Tubuhmu, Tubuhku, Tubuh Kita

posted on 13/03/2016

“Berkumpul di sebuah tempat sembari merayakan tubuh, bercerita, dan bernyanyi” Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *