
Situasi Remaja dan anak muda Indoensia
Saat ini populasi remaja dan anak muda berusia 10‐24 tahun mencapai lebih dari seperempat dari total populasi penduduk Indonesia. Namun demikian, meskipun di tingkat global kesadaran akan pentingnya kesehatan reproduksi remaja dan anak muda kini meningkat, nampaknya remaja dan anak muda Indonesia jauh tertinggal dibelakang. UNGASS menyepakati bahwa pada tahun 2010, ditargetkan 95% remaja dan anak muda memiliki pengetahuan, keahlian, dan akses ke pelayanan kesehatan sehingga bisa melindungi mereka terhadap infeksi HIV. Kenyataanya berdasarkan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja dan anak muda tahun 2007 hanya tercapai 16.8%.
Pentingnya Pendidikan Seksualitas yang Komprehensif
Fakta‐fakta dibawah ini yang diambil dari Survei Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2007, menunjukkan bahwa remaja dan anak muda Indonesia belum mendapatkan haknya untuk mendapatkan akses terhadap informasi dan pelayanan yang bisa melindungi mereka dari infeksi HIV.
B. Latar Belakang Pendidikan Seksualitas yang Komprehensif
Pendidikan seksualitas sangat penting mengingat hal‐hal berikut ini:
Terbatasnya jumlah remaja dan anak muda yang memiliki pengetahuan maupun keterampilan yang cukup terkait dengan kehidupan seksualnya, menyebabkan banyak remaja dan anak muda yang berisiko terhadap permasalahan eksploitasi seksual, kehamilan yang tidak direncanakan, infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV, maupun stigma dan diskriminasi. Banyak remaja dan anak muda yang mencapai usia kedewasaan tanpa persiapan sehingga menyebabkan mereka mengalami konflik dan kebingungan terkait dengan seksualitas dan gender. Hal ini dikarenakan topik seksualitas masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan oleh orang dewasa, termasuk orang tua dan guru. Padahal kenyatannya, pada usia tersebut remaja dan anak muda sangat membutuhkan informasi yang benar dan lengkap terkait dengan seksualitas dan gender.
Pada beberapa konteks, remaja dan anak muda sudah menikah pada usia belia, ataupun sudah matang dan aktif secara seksual. Namun pada konteks lainnya, beberapa remaja dan anak muda memutuskan untuk menunda hubungan seksual atau pernikahan sampai usia tertentu. Menyadari keberagaman remaja dan anak muda, maka beberapa negara merasa perlu untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi remaja dan anak muda agar bisa mengambil keputusan terkait dengan kehidupannya. Hal ini sangat penting mengingat pengetahuan remaja dan anak muda usia 15‐25 tahun tentang HIV dan AIDS secara komprehensif masing sangat rendah, dan jauh dari target MDGs maupun UNGASS.
Pendidikan seksualitas yang efektif harus disesuaikan dengan umur remaja dan anak muda, budaya dan konteks kehidupan remaja dan anak muda, serta memberikan informasi yang akurat. Hal tersebut mencakup kesempatan bagi remaja dan anak muda untuk mengeksplorasi sikap dan nilai, serta kemampuan pengambilan keputusan ataupun keterampilan hidup lainnya yang dibutuhkan remaja dan anak muda untuk dapat membuat keputusan terkait dengan kehidupan seksualnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendidikan seksualitas yang komprehensif dapat bermanfaat:
Penelitian juga menunjukkan bahwa program yang memilliki manfaat diatas dapat:
C. Tujuan
Tujuan utama dari pendidikan seksualitas adalah mempersiapkan remaja dan anak muda dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai untuk membuat keputusan terkait dengan kehidupan sosial dan seksualnya untuk mencegah perilaku berisiko.
D. Batasan umur
Topik dan tujuan pembelajaran menyasar ke empat kelompok umur:
1. Umur 5‐8 tahun (Tingkat I)
2. Umur 9‐12 tahun (Tingkat II)
3. Umur 12‐15 tahun (Tingkat III)
4. Umur 15‐18 tahun lebih (Tingkat IV)
E. Sasaran
Sasaran dari pendidikan seksualitas yang komprehensif adalah remaja dan anak muda usia mulai dari 5 tahun hingga lebih 18 tahun yang berada di lingkungan sekolah/perguruan tinggi ataupun remaja dan anak muda yang tidak mendapatkan kesempatan sekolah. Sangat penting untuk mengakomodasi semua remaja dan anak muda karena masing‐masing memiliki kebutuhan dasar yang sama untuk pendidikan seksualitas yang komprehensif, namun dengan pendekatan yang berbeda.
F. Komponen pembelajaran
Topik dan tujuan pembelajaran mencakup empat komponen proses pembelajaran, antara lain:
G. Struktur materi
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah disebutkan sebelumnya, maka materi
pendidikan seksualitas dibagi ke dalam enam topik:
1. Hubungan dengan orang lain
2. Nilai, sikap, dan keterampilan
3. Budaya, masyarakat, dah HAM
4. Perkembengan dan pertumbuhan manusia
5. Perilaku seksual
6. Kesehatan seksual dan reproduksi
H. Gambaran Konsep Dasar dan Topik
Tabel berikut merupakan gambaran konsep dasar dan topik yang bisa menjadi rekomendasi bagi
pengembangan kurikulum pendidikan seksualitas yang komprehensif.
Referensi: