Hantu Perempuan dan Perkosaan
“Perilaku korban pemerkosaan akan berubah, korban akan menarik diri dari lingkungan, dan mengalami gangguan psikis seperti menyalahkan dir
Indonesia dikejutkan dengan beberapa kasus perkosaan yang menimpa Y, seorang siswi di Bengkulu. Jasadnya ditemukan tak bernyawa di bawah pohon. Fakta menyebutkan bahwa ia diperkosa oleh sekelompok laki-laki muda. Alasannya karena mabuk akibat konsumsi alkohol dan tergoda oleh korban –yang padahal menggunakan seragam saat kejadian.
Setelah itu, ada kabar lain tentang seorang karyawati yang diperkosa dan dibunuh dengan menggunakan cangkul. Alasannya karena sakit hati akibat korban kerap menolak cinta si pelaku. Sebuah pembunuhan berencana.
Beberapa kasus perkosaan yang terungkap beberapa waktu lalu seakan membuka mata bahwa niat jahat pelaku dapat diwujudkan dengan banyak cara yang menyeramkan. Alasan pelaku untuk melakukan tindak pemerkosaan pun beragam, mulai dari sakit hati hingga tergoda dengan pakaian korban.
Alasan-alasan yang terkemuka dari dua kasus perkosaan di atas adalah alasan yang sesungguhnya berasal dari pelaku; tak bisa mengontrol diri, tak terima dengan keputusan orang lain, memaksakan kehendak.
Ketakutan Korban Terangkum dalam Angka
Kasus perkosaan di Indonesia dapat dilihat dari berbagai macam sisi. Yang pasti, dilihat dari sudut mana pun, akan membuat kita merinding karena seram, sedih karena empati terhadap korban, serta marah terhadap pelaku yang dengan mudahnya melakukan tindak pemerkosaan yang kerap berujung pada pembunuhan.
Masalahnya, kasus yang terekspos di media hanya sebagian kecil dari begitu banyak kasus perkosaan yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan paparan hasil survey yang dilakukan oleh Lentera Sintas, Magdalene.co, dan Change.org, sebanyak 93% dari 1.636 korban perkosaan memilih diam atas apa yang terjadi pada dirinya.
…sebanyak 93% dari 1.636 korban perkosaan memilih diam atas apa yang terjadi pada dirinya.
Responden survey tersebut tidak hanya terdiri dari perempuan saja. Responden terdiri dari 62.8% perempuan, 37.1% laki-laki, dan 0.1% transgender. Dari prosentase tersebut, hanya 28,1% saja yang berani bercerita kepada orang terdekatnya.
Kenapa Takut?
Ada beberapa alasan yang membuat korban merasa takut untuk melaporkan tindak perkosaan, atau sekadar bercerita kepada orang terdekat. Beberapa di antara ketakutan tersebut disebabkan oleh:
1. Takut oleh teror pelaku
2. Takut dihakimi oleh pihak yang berwajib
3. Malu, karena merasa ternodai
4. Tidak tahu harus memulai dari mana
5. Tidak memiliki bukti yang kuat
…daftar tersebut terus berlanjut karena banyak sekali alasan personal korban yang membuatnya takut untuk melapor.
Jika kamu korban perkosaan atau kekerasan seksual dalam bentuk lain dan membaca tulisan ini, jangan takut untuk bercerita kepada GueTau. Rahasiamu akan terjamin, dan GueTau akan membantumu untuk berhubungan dengan lembaga yang lebih kompeten untuk mendampingimu.
Silakan bercerita tanpa takut ke [email protected] atau [email protected], jika kamu merasa percaya dan siap. Jangan takut, karena GueTau, Teman Berbagi Kamu.
Oleh Justian Edwin
Sumber dan Referensi:
1.) https://m.tempo.co/read/news/2016/05/18/064771904/karyawati-dibunuh-pakai-gagang-cangkul-ini-kronologinya
2.) http://www.bbc.com/news/world-asia-36200441
3.) http://jakarta.coconuts.co/2016/07/25/93-rape-victims-indonesia-do-not-report-crime-police-survey
4.) http://www.dailymail.co.uk/news/article-3572685/Girls-gang-rape-Indonesia-prompts-angry-calls-protection.html
5.) Fact Sheet http://www.umd.edu/ocrsm/files/Why-Is-Sexual-Assault-Under-Reported.pdf