Lelucon Seksis yang Ketinggalan Zaman

posted on 20/01/2016

    Jokes
    Sumber

“Yah lari dikit doang kok capek kayak cewek aja! Hahaha!”

Pernah dengar celetukan seperti itu saat sedang bercanda dengan teman-temanmu? Wah, itu namanya seksisme! Lho memangnya kenapa?

Mari kita lihat dulu pengertian seksisme. Seksisme adalah perlakuan yang tidak setara karena adanya perbedaan gender atau bisa juga dikatakan sebagai diskriminasi terhadap gender. Mungkin Sahabat GueTau akan menganggapnya lelucon saja, tapi sebenarnya itu bisa berbahaya.

Sebuah riset yang dilakukan oleh Thomas Ford, seorang profesor di bidang psikologi dari Western Carolina University, menunjukkan bahwa dengan memperlihatkan lelucon seksis, bisa meningkatkan rasa ketidaksukaan dan diskriminasi terhadap perempuan.

Selain itu, hasil studi lain oleh Annie Kochersberger pada International Journal of Humor Research menyatakan bahwa menyukai lelucon seksis tidak ada hubungannya dengan gender. Semua orang bisa saja menjadi seksis tanpa disadari.

“Kamu kan cowok kok…”

“Tapi aku kan cewek…”

Sadarkah kamu sering menggunakan kata-kata tersebut sebagai bahan candaan?

“Malu lah masak cowok kok nangis? Cengeng banget kayak cewek!”

Memang kalau laki-laki itu tidak boleh menangis? Padahal menangis itu kan sangat manusiawi.

“Eh kalo dicubit gak boleh bales lah, kan gue cewek!”

Lalu apa bedanya berbuat kasar kepada perempuan dengan laki-laki? Apakah laki-laki boleh diperlakukan kasar? Dilihat dari sisi mana pun, lelucon seksis tetap saja kasar dan menyinggung.

“Semua cowok itu sama aja! Kalo gak brengsek ya homo!”

Patah hati karena baru saja putus boleh-boleh saja, tapi tetap harus tenang dan jaga bicara dong ya. Waduh, tahu dari mana nih kalau semua lelaki di dunia ini brengsek? Buktinya, ayah kamu adalah lelaki yang paling sayang sama kamu. Lalu, apa hubungannya dengan homoseksual, ya? Homoseksual itu kan orientasi seksual seseorang. Apakah ada yang salah dengan itu?

“Katanya mau gaul, eh pas digauli kok malah nangis.”

“Gak masalah diporotin cewek, asalkan dia bisa dipelorotin.”

“Yuk aku anterin pulang, tenang aja keselamatan terjamin, kalo kehormatan gak tahu deh.”

Waduh, itu sih sama saja mendukung budaya pemerkosaan. Apa itu budaya pemerkosaan? Istilah yang dikenal dengan rape culture dalam bahasa Inggris ini mengacu pada budaya yang justru menyalahkan korban atas pelecehan seksual yang terjadi dan menganggap pelecehan seksual seakan-akan adalah tindakan yang wajar. Dalam budaya pemerkosaan, perempuan dilihat sebagai obyek dan dibenarkan untuk dicemooh. Padahal, siapapun korbannya, yang salah tentu saja pelaku. Laki-laki pun berpotensi untuk jadi korban perkosaan.

    Women
    Sumber

“Perempuan itu tempatnya di dapur, di sumur, sama di kasur.”

Yakin? Dalam berkarir, hak dan kesempatan antara lelaki dan perempuan adalah sama. Ada perempuan yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, ada perempuan yang memilih menjadi wanita karir, bahkan ada juga yang menjadi keduanya sekaligus! Laki-laki pun banyak berkarir pada bidang yang dulunya dianggap sebagai pekerjaan para perempuan, misalnya menjadi seorang juru masak, desainer, ataupun panata rambut.

Lagipula, apa salahnya laki-laki mengurus anak dan rumah? Sahabat GueTau yang laki-laki jangan malu menyapu dan mencuci. Yang perempuan juga jangan gentar kalau punya minat bermain sepak bola.

Nah, sekarang sudah tahu kan apa itu seksisme? Tidak ada yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya karena kita semua ini setara sebagai manusia. Kurang-kurangin, deh, mulai sekarang. Kalau kamu punya pengalaman yang mengesalkan karena lelucon seksis ini, bagikan kepada GueTau ke info@guetau.com ya!

Oleh Helmi Akbar

Referensi:
1. http://huffingtonpost.ca
2. http://psychologytoday.com
3. http://sciencedaily.com

related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *