Ramai-Ramai Bicara LGBT: Membahas Transphobia

posted on 03/02/2016

“Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Arus Pelangi–sebuah lembaga swadaya masyarakat yang membela hak-hak kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT)– sepanjang tahun 2010-2013, nyaris 90% remaja LGBT berusia 19-24 tahun di Jakarta, Yogyakarta, dan Makassar mengalami kekerasan dan diskriminasi.“

Belakangan ini sedang ramai orang berbicara mengenai LGBT. Masing-masing punya pendapat sendiri. Perdebatan menjadi pelik hingga artikel ini tayang. Sahabat GueTau perlu tahu bahwa pada 17 Mei 1990, WHO secara resmi menghapus homoseksualitas dari daftar penyakit kejiwaan yang kemudian dirayakan sebagai International Day Against Homophobia & Transphobia (IDAHOT). Sayangnya, sampai saat ini masih ada saja stigma, diskriminasi, penolakan, bahkan kekerasan berbasis homofobia dan transfobia yang dirasakan oleh komunitas LGBT.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Arus Pelangi—sebuah lembaga swadaya masyarakat yang membela hak-hak kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT)—sepanjang tahun 2010-2013, nyaris 90% remaja LGBT berusia 19-24 tahun di Jakarta, Yogyakarta, dan Makassar mengalami kekerasan dan diskriminasi. Tindak kekerasan ini dikelompokkan dalam lima bagian, yakni aspek fisik, psikis, seksual, ekonomi, dan budaya. Untuk kekerasan seksual, kelompok transgender adalah paling banyak mengalaminya dengan persentase mencapai 49%.

Apakah itu Transfobia?

Transfobia adalah ketakutan, ketidaksukaan, atau perasaan yang sangat tidak nyaman terhadap orang – orang yang memiliki identitas gender dan ekspresi gender yang tidak sesuai dengan paham budaya tertentu akan jenis kelamin seseorang.

Bentuk-bentuk transfobia diperlihatkan melalui sikap antipati, penghinaan, prasangka, penolakan, atau bahkan kekerasan berdasarkan ketakutan yang tidak rasional baik di lingkungan pertemanan, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan sekolah, atau di masyarakat umum. Akibatnya pun bervariasi, mulai dari trauma fisik maupun psikis hingga kasus bunuh diri yang diakibatkan depresi berat.

Ayo Kita Hentikan Transfobia!

Penyebab utama dari stigma dan juga prasangka terhadap kelompok trans* adalah ketidaktahuan dan kesalahpahaman akan individu trans* itu sendiri. Nah, GueTau akan menjelaskan bagaimana kita bisa mendukung para trans* dengan lebih memahami mereka.

Apakah dia laki-laki atau perempuan?

Seperti yang sudah GueTau bahas, jenis kelamin dan gender adalah dua hal yang berbeda. Jangan pernah mengatakan bahwa perempuan trans (male-to-female trans) bukanlah perempuan, begitu juga dengan laki-laki trans (female-to-male trans). Mereka adalah diri mereka. Mengatakan bahwa mereka bukanlah perempuan atau laki-laki sesungguhnya hanya akan menyinggung perasaan mereka.

Sebaiknya jangan tanyakan hal-hal yang bersifat pribadi

Tentu saja terkadang rasa penasaran kita akan muncul, namun jangan pernah menanyakan hal-hal yang dapat membuat mereka tidak nyaman, seperti: apakah mereka melakukan operasi kelamin atau terapi hormon, siapakah nama lahir mereka, apakah orientasi seksual mereka, dan pertanyaan-pertanyaan sensitif lainnya. Apakah kamu perlu mengetahui itu semua? Jika tidak, maka itu bukanlah urusanmu karena itu adalah privasi orang lain.

Sebutan yang tepat sebagai panggilan

Gunakanlah kata ganti yang tepat untuk memanggil seorang trans*. Sebelumnya, tanyakan dengan sopan bagaimana ia ingin dipanggil. Apakah dengan sebutan “Mas”, “Mbak”, “Aa”, “Teteh”, “Bang”, atau dengan sebutan lain yang membuatnya nyaman. Mereka akan sangat merasa dihargai saat kita memanggil dengan sebutan yang sesuai dengan keinginannya. Jangan pernah menyebut mereka sebagai ‘banci’ atau ‘bencong’ karena itu adalah kata-kata kasar yang akan menyakiti hati mereka.

Bersikaplah sama kepada para trans*

Hanya karena memiliki gender yang berbeda dengan kebanyakan orang, bukan berarti para trans* adalah orang yang memiliki penyakit mental. Mereka sama saja seperti kita semua, hanya saja identitas gender dan ekspresi gender mereka berbeda. Saat berinteraksi dengan mereka, bersikaplah sebagaimana kamu memperlakukan temanmu yang lain seperti biasa. Kamu bisa mengajak mereka makan siang bersama, menonton film di bioskop, berolahraga di akhir pekan, atau kegiatan-kegiatan lainnya yang biasa kamu lakukan bersama dengan teman-temanmu.

Sebagai manusia, para individu trans* juga memiliki hak setara untuk diterima dan memperoleh ruang untuk berekspresi dan mengaktualisasikan diri mereka. Sudah saatnya kita menghentikan transfobia dan menciptakan ruang yang aman dan nyaman tanpa adanya diskriminasi bagi teman-teman trans* kita. Apakah kamu memiliki opini untuk menghentikan transfobia? Kirimkan saja email ke info@guetau.com ya.

*Sebutan singkat untuk transgender/transeksual

Oleh Helmi Akbar

Referensi:
1. http://lgbt.cusu.cam.ac.uk/
2. http://transstudent.org
3. http://aruspelangi.org

related post

Pasangan Transeksual Ini Akan Segera Punya Bayi!

posted on 26/06/2017

Dalam banyak hal, Trystan Reese dan Biff Chaplow seperti pasangan yang sedang mempersiapkan kelahiran bayi mereka mengumpulkan barang-barang

Transchool: Waria juga Bisa Berprestasi!

posted on 28/02/2017

  “Waria tidak seperti yang ada di bayangan banyak orang. Mereka juga punya kemauan dan kesempatan untuk berprestasi.” Agus

The Danish Girl: Tentang Perjuangan

posted on 03/03/2016

Kalau Sahabat GueTau pernah mendengar lagu ‘berawal dari tatap’, begitulah film The Danish Girl ini bermula. Dari tatapan timbul

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *