Menyaksikan Aksi Women’s March Jakarta Melalui Bidikan Kamera
“Aksi ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional.” Sebanyak 700 orang hadir dalam aksi Women’s
Ungkapan “seperti anak perempuan” biasa digunakan masyarakat untuk mengejek seseorang yang lemah, cengeng, cerewet atau hal berkonotasi negatif lainnya. Jika Sahabat GueTau juga sering melakukannya, maka sebenarnya kamu sedang melakukan diskriminasi gender, lho! Berikut akan GueTau paparkan fakta jika stereotipe tersebut adalah mindset yang keliru.
Perempuan Itu Cengeng
Cengeng atau mudah menangis merupakan label yang sering disematkan pada perempuan. Namun, label tersebut merupakan mitos dan telah dipatahkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Institut Riset Psikologi, Mindlab dan didukung oleh Royal Mail. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa laki-laki justru merasakan reaksi emosi lebih tinggi dibandingkan perempuan, bahkan laki-laki merespons dua kali lebih kuat saat diperlihatkan konten mengharukan.
Fakta ini jarang diketahui karena umumnya laki-laki lebih memilih menyembunyikan emosinya. Adanya asumsi gender mengenai laki-laki yang lebih tangguh sementara perempuan lebih emosional ini sebenarnya merupakan penanaman stereotipe oleh media dan interaksi sosial yang cenderung dilebih-lebihkan.
Perempuan Itu Lemah
Adanya anggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan rapuh secara tidak langsung berkontribusi pada diskriminasi kerja yang mereka alami. Perempuan dianggap tidak kompeten di beberapa bidang pekerjaan. Padahal perempuan tidak serapuh yang dibayangkan, lho.
Secara fisik, perempuan memang memiliki massa otot yang kurang dari laki-laki. Besarnya massa otot ini dipengaruhi oleh kadar testosteron tubuh. Mengingat perempuan juga memiliki hormon testoteron sekalipun dengan kadar lebih rendah daripada laki-laki, maka perempuan juga bisa melatih massa ototnya dan menjadi sama kuatnya dengan laki-laki. Sementara itu, perempuan juga sebenarnya lebih kuat secara psikologis dan mampu memanajemen emosinya. Hal ini terbukti dari rendahnya angka bunuh diri yang dilakukan perempuan dibandingkan laki-laki di berbagai negara.
Perempuan Itu Cerewet
Jika Sahabat GueTau pernah membaca buku psikologi populer “Why Men Don’t Listen & Women Can’t Read Map?”, maka kamu akan menemukan klaim bahwa perempuan berbicara sebanyak 6000-8000 kata per hari dan laki-laki hanya berbicara 2000-4000 kata per hari. Nah, patut dicatat bahwa klaim tersebut tidak dapat dipercayai kebenarannya karena tak berdasar ilmiah!
Mark Liberman, Trustee Professor of Phonetics dari University of Pennsylvania dan James Pennebaker dari University of Texas, Austin serta beberapa peneliti lain membantah klaim tersebut dengan penelitian lain dengan data yang cukup merata. Ditemukan bahwa perempuan dan laki-laki sebenarnya sama-sama berbicara sebanyak 15.000-16.000 kata per harinya. Kalaupun ada perbedaan, hal ini lebih dipengaruhi oleh konteks pembicaraan. Siapapun akan lebih cerewet apabila membahas topik yang “nyambung” dan dikuasainya.
Nah, beberapa contoh tadi ternyata membuktikan bahwa laki-laki dan perempuan tidak terlalu signifikan berbeda, kan? Adanya perbedaan keduanya sebenarnya lebih karena konstruksi gender yang berlaku di masyarakat. Tinggal bagaimana Sahabat GueTau menyikapinya dengan bijak. Apabila kamu ingin bertanya lebih lanjut, silakan kirim pertanyaan kamu ke [email protected].
Referensi: