
Hai Sahabat GueTau, pernah dengar tentang “slut shaming”? sebagian dari kita mungkin masih asing dengan kata ini tapi terjadi setiap hari loh! Slut shaming atau dalam bahasa Indonesia kita sebut sebagai setiap kata yang di ucapkan dengan tujuan menghina, merendahkan, mengolok, mempermalukan, melecehkan dan sebagainya kepada objeknya yang kebanyakan adalah perempuan karena sikap tertentu yang tidak sesuai dengan nilai gender atau kepercayaan yang berlaku di lingkungan tempat tinggalnya yang masih konservatif atau tidak mampu menerima nilai-nilai baru yang hadir dalam lingkungan yang ditinggali.
Sahabat GueTau, slut shaming termasuk kedalam pelecehan seksual loh karena sifatnya yang tidak diinginkan. Ingat kata “tidak diinginkan” merupakan kata kunci untuk kita memahami setiap bentuk pelecehan seksual. Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita pun pernah menjadi korban karena ketidaktahuan kita mengenai hal ini. Nah apa saja bentuk slut shaming? Yuk kita cari tahu!
Seringkali slut shaming yang terjadi diiringi dengan victim blaming. Victim blaming atau menyalahkan korban sebagai penyebab terjadinya pelecehan yang terjadi. Misalnya stigma kepada korban perkosaan yang terjadi dalam budaya dengan adat yang kuat dan tabu mengenai seksualitas. Korban perkosaan dianggap “rusak” karena sebelumnya perawan kemudian tidak perawan lagi. Penyebab terjadinya perkosaan adalah perempuan itu sendiri yang berpakaian “seksi” dan tidak mampu menjaga dirinya.
Dalam kasus ini korban perkosaan kemungkingan diasingkan, tidak diterima oleh teman bahkan keluarga, dilarang menikah, bercerai ketika menikah bahkan dibunuh. Fenomena ini disebut sebagai “korban sekunder” karena korban yang sudah menjadi korban perkosaan kembali menjadi korban peminggiran sosial yang dilakukan oleh lingkungannya yang masih konservatif. Hal ini akan menimbulkan efek jangka panjang kepada korban yang kemungkinan besar mempengaruhi kualitas hidup dan hubungannya dengan lingkungan sosial.
Korban pelecehan akan mudah depresi dan mengasingkan diri dari lingkungan karena perasaan malu dan rendah diri dan beresiko menjadi korban pelecehan kembali karena pandangan yang terbangun adalah korban lemah dan tidak mampu melawan sehingga cenderung menjadi target pelecehan.
Sahabat GueTau, korban slut shaming memiliki hak kehidupan yang sama dengan kita yaitu hak untuk hidup bahagia dan sesuai dengan apa yang dia inginkan. Jika kamu mempunyai teman atua anggota keluarga yang pernah menjadi korban yuk kita bantu proses penyembuhan trauma dan depresi yang di alaminya. Sebagai referensi Sahabat GueTau bisa membaca artikel GueTau di https://guetau.com/cinta/pelecehan-dan-kekerasan/cari-tau-cara-mengatasi-trauma-kekerasan-dan-membantu-korban-yuk.html.
Demikian artikel kali ini semoga menjadi informasi yang bermanfaat dan jangan lupa bagikan artikel ini kepada teman-teman kamu melalui media sosial ya agar semakin banyak yang tau dan semakin harmonis kehidupan yang kita jalani. Jika ada saran dan kritik silahkan kirim ke [email protected].
Referensi:
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Slut_shaming