Maraknya Pernikahan Dini di Indonesia
Sumber “Indonesia menempati urutan ke-37 dunia, dan peringkat 2 di Asia dalam prosentase pernikahan dini dan kehamilan pada remaja.” Dal
Gadis yang berasal dari Jawa Tengah itu bernama Sanita. Saat ia berumur 13 tahun, ia dipaksa menikah oleh orang tuanya dengan alasan mengurangi beban ekonomi keluarga. Sanita tak setuju dengan usul tersebut karena ia merasa masih sangat muda.
Dengan perdebatan sengit, Sanita berhasil meyakinkan orang tuanya agar membatalkan pernikahan dini tersebut dengan janji bahwa ia akan membayar semua biaya hidup dan pendidikan yang disebutnya sebagai ‘investasi’ kepada orang tuanya apabila ia sudah dewasa. Ayah dan ibu Sanita setuju.
Perjalanan hidup Sanita tidak berhenti sampai di situ. Ia merasa perlu melakukan sesuatu untuk teman-temannya yang juga ‘terpaksa’ harus mengikuti ide menikah di usia belia. Sanita melakukan berbagai cara untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai pemberantasan pernikahan dini.
Menurutnya, perempuan harus menempuh jalur pendidikan tinggi dan diimbangi dengan keterampilan. Keterampilan tersebut dapat didapat dengan pelatihan-pelatihan tertentu. Selain itu, pola pikir masyarakat perlu diubah agar tidak ada lagi praktik pernikahan dini.
Berangkat dari gagasannya, Sanita kini menjadi Vice President of Youth Coalition for Girls in Indonesia. Ia bersama timnya kini menjalankan kampanye #BecauseIAmAGirl, sebuah kampanye yang didukung oleh Plan International untuk mengubah relasi kuasa sehingga anak perempuan dimanapun dapat belajar, memimpin, memutuskan, dan berkembang.
Dilansir dari laman Huffington Post, Sanita mengajak kita untuk mencari solusi dari permasalahan pernikahan dini. Baginya, tidak boleh ada perempuan yang putus sekolah dan menikah pada usia 13 tahun sepertinya.