Menyaksikan Aksi Women’s March Jakarta Melalui Bidikan Kamera
“Aksi ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional.” Sebanyak 700 orang hadir dalam aksi Women’s
Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, Mari Jeung Rebut Kembali* membuat sebuah pagelaran musik bernama ‘Festival Tubuhku, Otoritasku’. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 11 Maret 2016 di Kinosaurus, Kemang, Jakarta Selatan.
Kemasan acara ini sangat menarik, karena membuka ruang bagi siapa pun yang hadir untuk memberikan sepatah dua kata tentang dirinya, tubuhnya, dan sebagian masyarakat yang kerap menghakimi. Tidak hanya perempuan, laki-laki juga ikut bergabung di sini. Andi Gunawan, seoang pegiat media sosial, mengutarakan kata-kata dalam benaknya dalam bentuk surat balasan untuk sahabatnya.
Kemudian ada Rika Neqy, sorang perempuan berjilbab dan aktivis perEMPUan yang bercerita betapa sulitnya mengubah pandangan masyarakat bahwa korban kekerasan seksual bisa dialami siapapun –termasuk perempuan berjilbab. Simak cerita Neqy di bawah ini:
Karena acara ini adalah sebuah festival, maka tentu banyak keceriaan pula yang dihadirkan. Penampilan-penampilan musik dari Tika and The Dissidents, Witches, dan Wonderbra memanjakan telinga hadirin pada malam itu.
Acara ditutup dengan peluncuran video musik ‘Tubuhku, Otoritasku’. Video ini menghadirkan 34 perempuan dengan identitas yang beragam. Tonton videonya di sini:
Mengambil tema ‘Tubuhku, Otoritasku’, acara ini adalah bentuk sikap perempuan dalam melihat masyarakat yang masih menghakimi pilihan hidup perempuan; pilihan untuk bangga dengan tubuhnya, pilihan untuk memilih karir yang disukainya, hingga pilihan untuk berolahraga. Acara ini mengajak perempuan untuk cinta kepada tubuhnya sendiri, bagaimanapun bentuknya.
Festival Tubuhku Otoritasku juga menjadi bukti bahwa kamu tidak sendirian. Tak perlu merasa tak percaya diri. Tak perlu pula kamu ragu menjalankan hidup dan karir yang kamu suka. Karena di sekitarmu, banyak perempuan yang saling mendukung dan tidak bertanya ‘kok gendutan sih?’ setelah lama tak berjumpa.
—–
*Mari Jeung Rebut Kembali adalah kolektif lima perempuan (Kartika Jahja, Ika Vantiani, Shera Rindra, Savina Hutadjulu, dan Teraya Paramehta) yang tergerak melakukan perubahan untuk kesetaraan gender dengan memanfaatkan budaya populer sebagai strategi berkampanye. Kata ‘Jeung’ dipilih sebagai bentuk solidaritas perempuan sekaligus mendekonstruksi ujaran populer ‘Mari Bung Rebut Kembali’.