Normalitas Homoseksualitas

posted on 17/10/2012

Siapa yang sudah tahu bahwa sejak tahun 1975, American Psychologist Association (APA) sudah mengusahakan agar bisa menghapus stigma tentang Lesbian – Gay – Biseksual bukanlah penyakit mental? Wah cuma sedikit yang mengetahui tentang hal ini. Beberapa dari kita mungkin hanya mengetahui bahwa pada 17 Mei 1990, World Health Organization (WHO) mengeluarkan homoseksualitas dari Diagnostic and Stactical Manual of Mental Disorder (DSM) – yang merupakan acuan bagi para psikolog dan psikiater dalam mengidentifikasi perilaku abnormal. Nah, momentum inilah yang diperangati setiap tahunnya sebagai International Day Against Homophobia (IDAHO). Di Indonesia sendiri dalam Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ, homoseksual tidak dikategorikan sebagai gangguan mental. Saat ini, homoseksual diidentifikasi sebagai identitas individu, sama halnya dengan heteroseksual atau identitas individu lainnya (misalnya warna kulit, ras, agama, dan lainnya)

Nah loh?! Teman-teman mungkin masih merasa bingung,  dengan kondisi yang dipaparkan diatas; seharusnya sudah tidak ada lagi masyarakat yang menganggap bahwa “homoseksual adalah penyakit mental” atau “homoseksual adalah abnormal”. Lalu, kenapa masih banyak yang memiliki pandangan seperti itu? Hal ini mungkin bisa dijelaskan secara sederhana dengan melihat pemahaman tentang konsep “ke-normal-an”. Konsep ‘ke-normal-an’ sangat erat kaitannya dengan nilai dalam diri individu seperti nilai-nilai agama dan budaya asal atau budaya yang berkembang di tempat individu berasal; dimana hal tersebut sangat beragam. Hal inilah yang menyebabkan mengapa hal yang dikatakan ‘normal’ dalam suatu budaya akan dianggap ‘tidak normal’ di budaya lainnya.

Lalu, apa yang bisa teman-teman lakukan supaya tidak banyak orang mengatakan kita ‘abnormal’ ketika menyatakan bahwa kita memiliki ketertarikan kepada sesama jenis? Memberikan pemahaman secara tepat sesuai dengan konteks tentang seksualitas. Seperti yang diketahui, seksualitas saat ini bukan hanya sebatas pengertiannya dengan jenis kelamin atau hubungan seksual; melainkan ada cakupan lain yakni orientasi, identitas dan ekspresi seksualitasHal ini memang tidak mudah dilakukan, tapi tetap bersemangat teman-teman! Mari kita perkaya diri kita dengan informasi serta pemahaman yang tepat, sehingga nantinya kita bisa menyampaikan pada lingkungan sekitar informasi yang tepat.

(Larasati17072012)

related post

SELF ESTEEM – BODY IMAGE dan SELF IMAGE

posted on

Apa sebenarnya perbedaan dari Transeksual dan Transgender ? Jawab : Seseorang dapat dikatakan sebagai transeksual ketika individu tersebut m

4 thoughts on “Normalitas Homoseksualitas

  1. Daud HM says:

    Saya tetap tidak setuju dengan yang namanya Lesbian – Gay – Biseksual – homoseksual – dan sebagainya. Bukan masalah budaya atau ras tentang kebiasaan itu muncul, tapi pada dasarnya manusia terjadi/ada bukan karena unsur ketidaksengajaan melainkan sengaja diciptakan Tuhan. Dan hal’ yang menyimpang ini tidaklah layak untuk dibiarkan.

    1. Biren says:

      Daud HM, Saya gay, dan saya dulu meratapi nasib saya karena entah mengapa saya lebih tertarik pada sesama jenis. Saya tidak mengerti mengapa Tuhan (saya yakin dengan sengaja) menciptakan saya sebagai gay. Saya tidak memilih menjadi gay. Tidak ada juga informasi yang valid bahwa homosexual bisa dirubah. Lalu saya harus bagaimana? pura-pura menjadi heterosexual lalu menikah? Apakah mungkin saya menikah bila saya tidak tertarik secara sexual dengan istri saya? Atau apakah saya harus mengenyampingkan kehidupan sexual saya dalam pernikahan?

      1. aan says:

        Menarik..
        Maaf mungkin saya agak vulgar. Perasaan tertarik dengan sesama jenis itu maksudnya tertarik utk berhubungan seksual kah atau suka dengan pribadi orangnya Mas Biren?

  2. saya berpikir bahwa setiap lelaki pasiti memiliki rasa homo

Leave a Reply to Daud HM Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *