Kekerasan Masih Jaman? Yuk, Kenali Manajemen Emosi!

posted on 30/03/2013

 Masih jaman main fisik dan bullying? 

Mau coba yang baru? Yuk, telusuri artikel GueTau kali ini!

Hai Sobat GueTau yang makin kaya informasi,

Sebelum teman-teman sampai ke artikel ini, pastinya sudah banyak tahu dong tentang isu kekerasan dalam  hubungan dan  tips pencegahannya.

Ternyata nih, kekerasan juga dipicu karena tidak mampunya salah satu pihak mengendalikan emosinya. Alhasil, fisik lah yang bicara (memukul, menampar). Setali tiga uang dengan waktu, emosi pun perlu dikontrol. Keterampilan mengatur emosi inilah yang sering disebut dengan manajemen emosi.

 

Nah, kali ini tim GueTau akan memaparkan Tips Manajemen Emosi.

 

Emosi. Seringkali saat mendengar kata ‘emosi’ yang terlintas dalam pikiran adalah respon marah, kesal, menggebu-gebu, sedih, takut. Padahal, definisi emosi sendiri tidak sesempit itu. Salah satu pakar psikologi, Daniel Goleman, mendefinisikan emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta kecenderungan untuk bertindak. Dalam bahasa Latin, emosi diidentikan sebagai motus anima, yaitu ‘roh yang menggerakkan kita’. Jadi, bisa disimpulkan emosi adalah respon manusia dalam bentuk tindakan yang bersumber dari hasil pemikiran dan perasaan yang bersifat biologis maupun psikologis. Perwujudan emosi sendiri berbeda-beda pada setiap orang, termasuk dalam menyikapi konflik dalam hubungan.

Perjalanan emosi sampai dengan respon yang muncul ada tahapannya lho. Magda Arnol (2002) menjabarkan  tahapan emosi sebagai:

 

Tahap persepsi Penilaian Emosi Ungkapan lahirnya Tahap Tindakan

·            Tahap persepsi berawal dari datangnya rangsangan dari luar secara netral

·            Tahap penilaian ialah tahap dimana rangsangan dinilai atau diamati, apakah menyenangkan atau membahayakan.

·            Tahap emosi diawali saat timbul perasaan kuat sebagai hasil dari tahap penilaian

·            Tahap ungkapan lahir merupakan bentuk ungkapan lahiriah yang menyertai emosi, seperti ekspresi pucat, tidak bisa berkata-kata akibat respon emosi rasa takut.

·            Tahap tindakan adalah tahap akhir yang berupa perwujudan tingkah laku dari emosi.

 

Hubungan, baik keluarga, teman, atau tetangga, melibatkan interaksi antar dua atau lebih manusia seringkali memicu timbulnya konflik. Konflik yang terjadi dalam suatu interaksi (hubungan) antar manusia melibatkan emosi satu sama lain. Respon yang muncul dari koflik tersebut bervariasi bergantung pada manajemen emosi masing-masing pihak. Manajemen emosi menentukan tindakan yang akan dilakukan dari hasil respon terhadap konflik yang terjadi. Emosi bersifat unik karena bervariasi respon yang muncul pada setiap orang. Dari sekian banyak emosi, ada 4 emosi dasar di titik pusatnya yang umum dimiliki setiap orang, yaitu takut, marah, sedih, dan senang.

 

Manusia diberkahi seperangkat ‘amunisi’ sebagai bekal untuk manajemen emosi. yang harus digali dan dioptimalkan, yaitu Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient). Aspek ini seringkali tertutupi oleh dominansi aspek IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan berpikir yang identik dengan nilai akademis. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang memotivasi diri, bertahan menghadapi frustasi, dan mengendalikan dorongan hati (marah, sedih, takut). Manajemen emosi adalah salah satu keterampilan untuk mengatur dan mengendalikan emosi dengan mengoptimalkan aspek kecerdasan emosi. Manajemen emosi berkontribusi menurunkan risiko terjadinya kekerasan dalam hubungan.

 

Yuk, simak Tips Manajemen Emosi berikut guna mencegah kekerasan:

ü  Kenali emosi diri. Identifikasi rangsangan apa yang memicu munculnya emosi dan bagaimana diri kita merespon terhadapnya. Analisa apakah positif atau negatif. Pesan emosi yang mungkin muncul antara lain: takut, sakit hati, marah, depresi, kecewa.

ü  Bersikap proaktif. Emosi bukanlah sekedar respon dari rangsangan di luar (stresor), tapi merupakan tindakan yang muncul dari hasil dorongan emosi tersebut. Penting untuk memikirkan dampak ke depannya dari sikap atau tindakan yang akan kamu ambil. Berpikir sebelum bertindak. J

ü  Bersikap empati dan kenali emosi orang lain. Seringkali pemicu konflik dalam hubungan adalah karena setiap orang memaksakan pendapatnya, menganggap bahwa pendapatnya lah yang paling benar. Kalau begitu, kapan selesai masalahnya? Yang ada malah ribut. Dengan berempati seseorang menempatkan dirinya ke posisi orang lain. Tujuannya agar orang tersebut mampu mengenali emosi yang dirasakan dan mempertimbangkan respon apa yang seharusnya muncul. Hal ini membantu kita meningkatkan kualitas komunikasi dengan lawan bicara kita, termasuk pasangan kita.

ü  Kelola emosi orang lain. Suatu hubungan yang terjalin antar manusia melibatkan emosi dua atau lebih pihak. Menyatukan dua kepala atau lebih bukanlah hal yang mudah, tapi merupakan kunci membina hubungan yang harmonis dan kokoh. Sikap empati adalah awalan yang harus dimiliki.

ü  Memotivasi orang lain. Nah, sebelum sampai ke tahap motivasi, terlebih dulu penuhi kemampuan berempati dan pengelolaan emosi orang lain. Misal, saat pasangan atau lawan bicara kita bersikap defensif dan menunjukkan gejala emosi negatif, maka tugas kalian adalah komunikasikan pendapat jika berada pada posisinya dan hal-hal apa saja yang sebaiknya dilakukan dibandingkan bersikap seperti itu.

 

Sekian tips manajemen konfliknya, jangan segan untuk mengaplikasikannya yah!

Semoga bisa bermanfaat dalam kehidupan teman-teman.

Yang muda, yang cinta damai.

 

Kalo Gue Tau, Kalo Loe ??

 

___

Ditulis oleh Nikita Dewayani, Kontributor GueTau.com 

related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *